Sabtu, 09 Mei 2009

Ending of Love

Waktu memang bergulir menelusuri alur balada kehidupan, begitu juga dengan harapan kecilku yang masih ku simpan. Yaitu seuntai cinta untuk seseorang goddess yang seolah turun dari nirwana penuh membawa impian, ialah Sherly, gadis yang telah memutar pandangan hidupku 180 derajat tentang paradigma cinta yang tak ber-ujung.
Pagi ini adalah hari yang membuat jantungku berdebar bagaikan mau perang, karena hari ini aku akan mengutarakan segenap kasih dan harapku kepadanya, “sedikit pesimis bagiku wajar, tapi dari pada hal ini tidak sama sekali ku utarakan” , bisikku dalam hati. Tak lama aku berangkat ke tempat di mana aku dan Sherly bertemu pertama kalinya, sesampainya aku di sana, ternyata Sherly sudah berada lebih dulu, padahal aku baru saja ingin meneleponnya untuk meminta ke tempat ini, ” pemandangan yang indah yach..Sher?” ucapku dengan bermaksud membuka pembicaraan,” iya, memang indah, apalagi orang yang sedang melihat pemandangan ini dengan suasana hati yang berbunga – bunga, pasti akan menjadi lebih sangat indah lagi pemandangannya, betul kan?” ungkap Sherly kepadaku, “ bagiku taman ini memiliki arti tersendiri, bukan karena keindahannya saja, tapi juga taman ini sebagai tempat di mana kita dapat di pertemukan, hmm…Sher.., boleh aku mengungkapkan sebuah rahasia kecil dari hatiku?” tanyaku dengan gugup,”tentu saja boleh, memangnya apa?” ujar Sherly menanggapi permintaanku,”sebenarnya rasa ini telah lama bersemi, tapi baru kali ini diriku mencoba memberanikan diri untuk menyatakannya, kalau separuh hati ini sekarang telah menemukan pasangannya, dan pasangannya adalah separuh hati yang ada pada dirimu, dan maukah separuh hatimu menjadi pasangan pada separuh hatiku?” ucapku dengan penuh keseriusan sambil menatap kedua matanya yang kembali membuatku tenang. “tatapanmu sungguh berbeda kali ini, sebegitu seriusnya kamu mengatakan hal ini kepadaku?, sampai – sampai aku terhanyut dengan apa yang kamu katakan tadi, tapi maaf aku tidak bisa memberikan separuh hati ini untukmu, karena aku ingin memberikan seutuhnya hati ini untukmu, bukan separuh” jawab Sherly sambil meneteskan air matanya,” kenapa air matamu mengalir? Apakah itu tangis bahagia?” tanyaku, lalu Sherly hanya bisa menganggukan kepalanya meski hati kecilku masih bertanya.
Tidak terasa tiga bulan telah aku lalui dengan ke bahagiaan bersama Sherly, selama tiga bulan hanya kisah indah yang aku rasakan bersamanya, tak ada tangisan, kekecewaan, dan emosi yang menyedihkan antara aku dan Sherly, yang ada hanyalah kedewasaan untuk saling mengerti dan memahami hati tanpa di kotori oleh prasangka dan nafsu belaka, “karena cinta bukan terlahir atas nafsu dan hasrat untuk memiliki, tapi cinta tercipta atas hasrat untuk memberi dan melindungi” kata – kata dari Sherly itu yang masih kini ku ingat.
Suatu ketika aku dan Sherly membuat janji untuk bertemu di taman biasa tempat kami bertemu, dan kami pun bertemu saat itu,” hai..Sher, sudah lama nunggu ya?, maaf ya aku telat lima menit, tadi di jalan macet karena lampu merahnya mati” terus terangku terhadap Sherly,”ga apa – apa kok, namanya juga Jakarta pasti macet, oh iya….,kamu tahu ga hari ini hari apa?” kata Sherly,” hari ini Hari Kamis tanggal 13, hari kita jadian bukan?, lalu memangnya kenapa?” jawabku dengan sedikit senyum terhadapnya,” sudah tiga bulan kita lalui, dan aku ingin tahu alasanmu kenapa kamu bisa mencintaiku sedalam ini?” tanya Sherly kepadaku,” baiklah kalau kamu ingin tahu alasanku, sebenarnya itu semua karena dirimu yang perhatian, kadang kekanak – kanakan, tapi sangat dewasa dalam memecahkan masalah hidup dan kepuitisanmu dalam mengungkapkan sudut pandang cinta dari segala aspek kehidupan, itu semua yang telah membuatku mencintaimu” ungkapku jujur dengan Sherly, ”lalu apa alasanmu kenapa ternyata kamu juga mencintaiku?” tanyaku pada Sherly,” aku akan menjawab pertanyaanmu itu dengan simpel, karena memang hanya itu jawabanku, yaitu aku tidak tahu kenapa aku bisa mencintaimu, aku tidak tau alasannya apa, sungguh aku tidak tahu” jawab Sherly dengan mata yang berkaca – kaca seakan dia menahan kesedihan yang berlipat ganda,” kenapa kamu tidak tahu?, apakah aku memang tidak harus tahu akan alasanmu mencintaiku?” tanyaku dengan raut wajah kecewa. Sherly menangis dan berlari meninggalkanku tanpa sepatah kata pun, karena suasana hatiku yang kecewa jadi aku tidak mengejarnya.
Satu minggu setelah kejadian itu, aku seperti kehilangan kontak darinya, tak ada kabar sama sekali tentang dirinya, namun tiba – tiba Rendi adik Sherly meneleponku untuk memberi tahuku bahwa Sherly sedang menjalani rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang di deritanya. Mendengar kabar itu, aku segera pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaannya langsung.
Sesampainya di rumah sakit, ternyata keadaan Sherly sudah sangat memprihatinkan, dalam hatiku hanya ada satu tanya ”kenapa Sherly tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya???”. Aku, ayah dan ibu Sherly juga Rendi adiknya tidak tahan membendung air mata ketika melihat Sherly berbaring di ruangan Unit Gawat Darurat, lalu Rendi menarik tanganku untuk berbicara empat mata denganku,”ada suatu pesan dari kak Sherly untuk kakak, yaitu alasan waktu itu kenapa kak Sherly menjawab tidak tahu untuk alasannya kenapa kak Sherly bisa mencintai kakak, karena kak Sherly sungguh mencintai kakak, dan karena kak Sherly mempunyai pandangan bahwa cinta yang abadi itu adalah dimana kita tidak tahu sama sekali akan alasan kenapa kita bisa mencintai seseorang dan memang kak Sherly benar merasakan hal itu terhadap kakak” ungkap Rendi sambil mengusap tangis.
Setelah Rendi menjelaskan semuanya, sangat sedih rasanya hati ini di tambah bercampur pula dengan rasa penyesalan karena telah sempat merasa kecewa dengan Sherly, padahal Sherly telah mengalami penderitaan yang cukup menyakitkan dengan penyakitnya itu hingga muncul berbagai konsekuensi terhadap cintanya kepadaku, tapi aku tidak tahu selama ini apa saja konsekuensi itu, karena Sherly tidak pernah cerita tentang hal itu selama ini.
Di dalam hatiku sekarang hanya ada satu niat, yaitu aku harus mengatakan maaf kepada Sherly, karena aku pernah sempat merasa kecewa dengannya, padahal itu ternyata hanyalah sebuah kesalah pahaman. Ketika aku sedang berjalan menghampiri Sherly ke dalam ruangan Unit Gawat Darurat , tiba – tiba seorang dokter yang berada di dalam ruangan itu keluar, dan mengatakan kepada kami semua kalau usahanya sudah maksimal, namun ternyata kepergian Sherly untuk selamanya tidak bisa di cegah lagi.
Sebuah kenyataan pahit yang kami semua hampir tidak percaya bahwa kini Sherly telah tiada, baru saja aku ingin mengungkapkan segala piluku kepadanya, namun aku telah terlambat. Mungkinkah aku bisa mengungkapkan maafku untuknya pada pusaran waktu yang berbeda?, dan dapatkah aku mengatakan “bahwa aku juga tidak tahu alasan kenapa aku mencintainya” pada putaran waktu yang berbeda?

Jumat, 01 Mei 2009

Love Revolution

CINTA…..CINTA…..CINTA…….., selalu tersebutkan dengan lugas dalam benak mereka, tapi entahlah CINTA yang seperti apa yang telah dipendamkan di benak mereka. Semua yang hidup di singasana ini pasti membutuhkan keberadaan CINTA. CINTA sebenarnya begitu indah hingga sering kali mengalihkan deburan ombak besar menjadi angin segar, tapi sayangnya, terlihat mereka masih belum menyadarinya. CINTA enggan disamakan dengan luapan emosi jiwa yang sesaat apalagi disamakan dengan nafsu. Tidak ada CINTA tidak ada kehidupan, tidak ada CINTA tidak ada nafas jiwa sejati untuk mematahkan rantai merah yang semakin lama membelenggu spiral singasana. Jadi, CINTA apakah yang ada di dalam benak mereka?, apakah CINTA di benak mereka tersamarkan rantai merah?, ataukah mereka tidak bisa membedakan rantai merah dengan CINTA di benak mereka?. CINTA adalah ksatria sejati, karena CINTA bisa saja meminta 99 temannya di negri nirwana untuk membantunya dalam menghadapi rantai merah, tetapi tetap CINTA menghadapi sendirian rantai merah di singasana ini yang terdiri dari materialis, realis, logis, apatis dan masih banyak lagi bagian dari rantai merah yang mengambigukan makna CINTA. Akuilah bahwa mereka tahu betapa hebatnya CINTA, meski mereka tidak tahu penyebab lemahnya CINTA karena mereka telah mencampuri materi, pikiran realis dan logis ke dalam cangkir CINTA.

CINTA…CINTA….CINTA……, kini secangkir susu hanya terlihat secangkir susu, tidak ada lagi secangkir susu dengan rasa susu dari telaga suci, karena telah tercampur dengan pemanis sintesis yang fana. Mungkin mereka sulit membiarkan naturalisme berjalan seperti apa adanya, sampai CINTA juga di lumuri dengan pemikiran realistis dan materialis. Apakah mereka takut CINTA akan hanya menjadi gugusan kosong tanpa isi jika tidak dicampuri dengan pemikiran realistis dan materialis?. HEY…siapapun tolonglah mereka, bukakanlah mata hati kepada mereka yang memang memiliki mata hati., CINTA adalah perasaan dari palung hati yang tulus, tak ada tangan duniawi yang menciptakan CINTA, karena yang menciptakan CINTA hanyalah kuasa tangan abadi dan diletakan pada tanah subur di hati. Terwujudnya CINTA bukan disebabkan oleh adanya pikiran logis pada struktur yang sistematis. CINTA tak mengenal materialis, realis, logis, apatis karena adanya CINTA bukan berasal dari diantara keempat anak rantai merah tersebut.

********************Gibran_Revolution*******************

*******************************************************